Kamis, 14 Mei 2015

PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI



             I.      PENDAHULUAN

    Kemoterapi adalah penggunaan obat sitotoksik dalam pengobatan kanker. Kemoterapi dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas pengobatan kanker      ( pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, immunoterapi ), yang memberikan penyembuhan, pengontrolan dan peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama dengan modalitas lain. Pemberian kemoterapi dapat diberikan di RS ataupun klinik dokter spesialis onkologi.
    Keperawatan mempunyai tanggung jawab utama dalam perawatan pasien yang menerima pengobatan dengan kemoterapi. Adalah penting  bahwa para perawat mengetahui tujuan pengobatan, klasifikasi obat dengan cara kerjanya, prinsip-prinsip pertumbuhan tumor dan pembunuhan sel dan protokol serta prosedur pemberian obat kemoterapi. Obat-obat kemoterapi harus diberikan hanya oleh perawat yang terdidik dan trampil dalam berbagai prosedur.

          II.       PEMBERIAN KEMOTERAPI
      Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
a.       Oral
Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
b.      Subcutan dan Intramuskular
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis.
c.       Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian katun dan longgar.
d.      Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan infus pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan kemungkinan perdarahan pada tempat penusukan .
e.       Intrakavitas
Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke dalam rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk meminimalkan kemungkinan iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang diberikan secara intrakavitas.
f.       Intraperitoneal.
Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan atau kateter suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri, demam dan status elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan larutan infus (dengan penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.
g.      Intratekal.
Obat diberikan melalui prosedur pungsi lumbal. Volume obat yang dimasukkan adalah 15 cc atau kurang. Encerkan obat dengan saline normal yang bebas pengawet. Obat harus disuntikkan pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum setelah tindakan. Hanya dokter yang boleh memberikan obat intratekal.
h.      Intravena
Paling banyak digunakan. Dapat diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer. Metode pemberian intravena meliputi sebagai berikut :
                                                              i.            Dorongan (bolus) – obat diberikan melalui spuit dengan metoda  I V  langsung
                                                            ii.            Piggyback (set skunder) – obat diberikan menggunakan botol dan selang skunder; infus primer secara bersamaan dipertahankan selama pemberian obat.
                                                          iii.            Sisi lengan – obat diberikan melalui spuit dan jarum ke dalam port dari infus I V yang berjalan (mengalir bebas).
                                                          iv.            Infus – obat ditambahkan pada volume cairan infus yang telah ditentukan ; aliran kontinyu atau intermiten.




       III.      PEMILIHAN VENA DAN TEMPAT PENUSUKAN.

Berbagai obat kemoterapi dapat mengiritasi vena dan jaringan lunak. Sehingga diperlukan vena dan alat yang sesuai. Sesuai aturan yang umum , vena-vena distal pada tangan dan lengan harus digunakan terlebih dahulu dan pungsi vena berikutnya harus proksimal dari tempat sebelumnya.vena vena yang umumnya digunakan adalah vena basilika, sefalika dan metakarpal. Ekstremitas harus diobservasi dan dipalpasi sebelum vena dipilih. Kekenyalan dan lokasi harus diperiksa. Vena yang ideal adalah vena yang belum digunakan dan agak lurus. Pembuluh darah harus dipastikan sebagai vena bukan arteri.
             Pemilihan dan pengkajian vena yang hati hati adalah penting untuk prosedur yang berhasil. Amati pedoman berikut ini untuk pemilihan vena :
1.      Gunakan vena- vena distal terlebih dahulu .
2.      Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin.
3.      Pilih vena-vena di atas area fleksi.
4.   Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam kateter.
5.      Palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat, jika ada.
6.      Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak menganggu aktifitas pasien sehari-hari.

Tipe vena berikut ini harus dihindari jika mungkin :
1.      Vena yang telah digunakan sebelumnya.
2.      Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis.
3.      Vena yang keras dan sklerotik.
4.      Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan.
        misal :post mastectomi, atau penempatan akses dialisis.
5.      Area-area fleksi, termasuk fossa  antekubiti.
6.      Vena-vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi.
7.      Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis.
8.      Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke.
9.      Vena yang memar , merah dan bengkak.
10.  Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi.

       IV.      PROSEDUR PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI
Pencampuran obat kemoterapi   mengunakan BSC ( Biological Safety Cabinet ) yang dikelola oleh instalasi farmasi. Alat tersebut mempunyai prinsip kerja bahwa tekanan udara didalam BSC lebih negatif dari tekanan udara di luar, sehinga jika ada percikan obat kanker tidak kembali ke arah petugas.  

A.     PERSIAPAN
Sebelum diputuskan untuk dilakukan kemoterapi harus dipastikan dulu :
1.      Diagnose Histopatologik diketahui.
2.      Keadaan umum memenuhi persyaratan.
3.      Status Performance ( Karnofsky  atau ECOG )
4.      Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, gula darah, albumin, faal ginjal  dan faal hati serta EKG  dalam batas normal.
5.      Informed Concent
6.      BB, TB, BSA.
7.      Protokol pemberian obat
8.      Kartu permintaan Obat
9.      Form Pencampuran obat
10.  Kirim kartu permintaan obat sitostatika yang sudah lengkap ke farmasi
11  Beritahu dokter apabila dokter belum tahu bahwa hari ini program kemoterapi.

B.     PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI
1.      Terima pasien dari rawat inap atau rawat jalan.
2.      Lakukan prosedur transfer pasien.
3.      Lakukan asesmen keperawatan pada pasien untuk memastikan kondisi pasien.
4.      Bila pasien dari rawat jalan, beritahu dokter , untuk dilakukan assesmen Medis.
5.      Apabila kondisi pasien memenuhi syarat untuk dilakukan pemberian obat kemoterapi, cek form pencampuran obat sitostatika yang telah dibuat oleh dokter, pastikan semuanya terisi lengkap dan benar,
6.      Serahkan Form pencampuran obat ke bagian handling obat sitostatika, dan lakukan dobel cek.
7.      Pasang infus dan alat medis yang diperlukan sesuai SPO.
8.      Berikan obat anti emetic sesuai protocol.
9.      Pakai APD lengkap ( Gaun, Sepatu bot, Masker, Tutup Kepala, Kacamata/ Google, sarung tangan )
10.  Terima obat Sitostatika yang telah dilakukan pencampuran oleh petugas Farmasi. Lakukan dobel cek.
11.  Berikan obat kemoterapi sesuai protocol dan SPO.
12.  Pastikan kepatenan aliran infus, dan ulang setiap 2 jam atau setiap pergantian obat.
13.  Monitor keadaan umum pasien, reaksi alergi dan Ekstravasasi.
14.  Buka proteksi lengkap, buang alat yang disposibel pada tempat sampah sitostatika.
15.  Cuci tangan memakai sabun dan bilas dengan air bersih.
16.  Catat semua prosedur sesuai SPO.

Perhatian :
Ø  Tetap ingat prinsip 7 benar yaitu : Obat, Dosis, Nama, Rute, Waktu, Pendokumentasian dan Edukasi
Ø  Validasi aliran infus setiap 2 jam.






Continuing Education Program Oncology Nurse Specialist